Pentingnya Mengajari Anak Cara Mengelola Uang

pentingnya mengajari anak cara mengelola uang, money parenting



Di mataku, orang tua adalah sosok yang tidak pernah menolak permintaan anak-anaknya. Semua dituruti asal sesuai kemampuan. Mungkin ini yang membuat kami tidak pernah protes ketika ada harapan kami yang belum bisa ditunaikan. Bahkan bisa dibilang rasanya semua keinginan kami sudah terpenuhi.

Makan duren setiap musim, pergi tamasya sekeluarga, beli baju di mall. Hal-hal yang tampak sepele tapi sebenarnya meninggalkan kenangan manis, tentang waktu berkualitas bersama keluarga.

Terlihat selalu bahagia bukan berarti tidak pernah sedih. Di hari-hari tertentu, aku sering mendapati ayahku tidak punya uang. Kalau ayah sih biasa ya, tetap bersikap manis pada anak-anaknya. Ibuku itu lho yang terlihat lebih ekspresif. 😄

Setelah beranjak dewasa, aku baru tahu kalau ayahku memiliki banyak utang. Sebagai PNS dengan gaji pasti, membuat beliau dipercaya mengambil kredit. Sayangnya, utang yang diambil tanpa pertimbangan matang bisa membuat keuangan berantakan.

Puncaknya, ketika keinginan meneruskan sekolah kami yang nggak dituruti ayah. Nggak lain alasannya adalah soal biaya. Perlahan aku tahu, bukan uangnya yang enggak ada, tapi atur duitnya aja yang belum bisa. 

Hal inilah yang membuatku bertekad membenahi keuangan dan mengajari anakku tentang literasi finansial sejak dini agar dia tidak ikut merasakan kecewa seperti yang pernah aku rasakan.

Bukan Suami yang Mengubahku, Tapi Diriku Sendiri


Benar sih, aku memiliki tekad untuk berubah. Tapi ternyata enggak semudah itu. Memiliki habit yang buruk soal uang, membuatku menjadi seseorang yang boros.
 
Berbeda dengan suami, gajinya selama bekerja memiliki wujud, entah berwujud kendaraan bermotor atau yang lain. Sedangkan aku, semua habis tak bersisa. Saat ditanya kemana gajiku, aku pasti gelagapan. Aku enggak punya catatan, aku enggak pernah melakukan budgeting, aku tidak memiliki target yang jelas. 

Hidup satu atap selama bertahun-tahun bersama seseorang yang memiliki kebiasaan berhemat rupanya enggak otomatis menyulapku menjadi seseorang yang hemat pula.

Memang betul, tidak ada yang bisa mengubah kebiasaan seseorang selain dirinya sendiri. Turning point sikapku terjadi pada saat suami berhasil mengumpulkan uang dalam periode tertentu seperti yang pernah ia janjikan. Tepat sasaran, tidak meleset.

Sebuah rumah dari hasil keringat suami inilah yang membuatku berubah. Rasanya kayak tertampar sekaligus malu. 

Small step, aku lebih menghargai uang dengan lebih cermat membelanjakannya. Aku berubah dan diriku sendirilah yang mengubahnya, ya tentu dibantu kenyataan yang menampar tadi.

Money Parenting sebagai Aksi 'Balas Dendamku' pada Orang Tua


Apa sih tugas utama sebagai orang tua? Menurutku, tugas kita sebagai orang tua adalah membantu anak membedakan hal baik dan hal buruk, mengarahkan dan membekalinya dengan berbagai ketrampilan. Tujuannya agar anak bisa bertahan di atas kakinya sendiri, hidup mandiri meski tidak ada orang tua di sampingnya.

Mendidik anak tidak hanya mengajari budi pekerti tapi termasuk mengajarinya cara mengatur keuangan sedini mungkin.

Bukan bermaksud sok atau bagaimana ya, tapi sebagai orang tua pasti kita diharuskan memberi contoh terlebih dahulu. Jangan sampai kita menjadi orang tua yang bisanya omong doang.

So, aku enggak segan untuk memperlihatkan aktivitasku yang berhubungan dengan uang di hadapan anak. Salah satunya dalam upayaku mengatur cashflow agar tetap positif.

Semua aku awali dengan membiasakan diri mencatat arus keluar masuk uang. Tujuanku, agar aku tahu kemana saja larinya uangku, berapa pendapatanku hingga pos-pos apa saja yang menyebabkan bocor alus keuangan.

Awal membiasakan mencatat keuangan, jujur berat banget. Salah satu kendalanya aku sering lupa atau kalau enggak malas, ribet kan setiap belanja harus kita catat.

Untungnya aku berhasil melawan perasaan-perasaan tersebut. Menurutku kalau step sesederhana itu aja kita menyerah, pasti kita nggak bisa untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi.

Berkaca dari pengalaman orang tua, aku tidak ingin mengulangi hal yang sama. Kebiasaan ini aku tularkan pada anakku. Meski dia belum bisa membaca dan menulis, tapi enggak segan aku bilang sama dia, "Sebentar ya, Ibu catet dulu belanjaan kita tadi."

Atau, "Sebentar Ibu buka catatan belanja dulu," saat aku akan belanja. Nggak lain, agar dia familiar dengan kegiatan mencatat pengeluaran, membuat budgeting supaya dia terbiasa hidup sesuai anggaran.

Rutin melakukannya sejak akhir tahun 2019, rasanya tubuh ini semakin otomatis. Aku sudah tahu berapakah pengeluaran setiap bulannya. Saat belanja, aku juga sudah hapal apa saja yang harus dibeli. Hal ini membuatku hanya perlu fokus untuk meningkatkan pendapatan karena nominal pengeluaran sudah aku ketahui.

Sungguh saat kita tahu berapa jumlah uang yang harus kita miliki untuk memenuhi kebutuhan, itu sangat meringankan. Aku pun merasa lebih mampu mengontrol diri akan uang. Setidaknya aku sudah tidak seheboh dulu saat menemukan produk diskon, setiap membeli sesuatu pun aku selalu memikirkannya berulang dan memastikan harganya sudah sesuai anggaran.

Kini aku patut bersyukur, meski belum banyak tapi aku sudah memiliki emas dan reksa dana sebagai pegangan. Aku juga berhasil mengumpulkan uang masuk sekolah anak dari honor menulisku. Setiap kebutuhan pun sudah memiliki pos masing-masing sehingga aku hanya perlu fokus mengisinya. Rasanya lega sekali!

Tahu nggak, rupanya mengajarkan cara mengatur keuangan sejak dini kepada anak menjadi hal yang lazim dilakukan oleh orang-orang di negara lain lho.

Sebut saja negara Republik Tiongkok, sebesar 28% warganya telah mengenalkan cara mengatur uang kepada anak mereka sejak umur 4 tahun. 

Sementara orang tua di Thailand (sebanyak 26%), Singapura (sebanyak 33%) dan Malaysia (sebanyak 36%) juga telah mengajarkan cara mengelola uang kepada anak mereka sejak berusia 5-6 tahun.

Sebanyak 37% orang tua di Indonesia mulai mengajarkan cara mengatur uang saat anak berusia 7-10 tahun.

Nah, tapi aku kok bisa tahu soal mengajari literasi keuangan orang tua negara lain? Tak lain lewat webinar yang belum lama aku ikuti.

Beberapa waktu lalu aku join sebuah webinar yang diadakan oleh Invesnow dan eastspring.id dengan pembahasan utama mengenai Money Parenting. Pada webinar tersebut, para peserta dibocori trik yang dilakukan orang Tionghoa dalam mengelola keuangan.

Sebagai narasumber hadir bapak Ben Lawson selaku founder Invesnow serta bapak Yovan Santana selaku Relationship Manager PT. Eastspring Investments Indonesia. Setiap narasumber menceritakan pengalaman money parenting masing-masing.

Wah berbeda sekali dengan kehidupanku, dimana ngomongin duit dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Menurut orang tua, uang adalah urusan orang dewasa.

Hmm.. padahal anak-anak minta ini itu kan juga butuh uang yah? Artinya sejak kecil, kami-kami ini memang bersinggungan dengan uang. Ngapain enggak sekalian diajarkan cara mengelola keuangan? Yah, misal lewat permainan monopoli seperti yang diceritakan oleh salah satu narasumber. ;)

Inilah 5 rahasia orang Tionghoa dalam mengatur keuangan mereka yaitu:

money parenting



  • Hemat
Mirip dengan pelit, namun kedua kata ini memiliki makna yang berbeda jauh lho. Jika pelit berarti enggak mau mengeluarkan uang sedikit pun (bahkan untuk kebutuhan penting), sementara hemat lebih pada sikap cermat dalam menggunakan uang.
  • Menghindari Utang untuk Gaya Hidup Konsumtif
Rahasia kedua hidup tenang karena keuangan tertata ala orang Tionghoa adalah menghindari utang konsumtif. Utang untuk beli gadget demi gengsi? NO! Orang Tionghoa sangat menghindari utang. Mereka hanya berhutang untuk sesuatu dengan prospek yang jelas, pengembangan usaha misal.
  • Bekerja Keras
Selanjutnya, pantang bagi orang Tionghoa untuk menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan tidak penting. Daripada nongkrong kurang faedah, kayaknya mereka lebih memilih istirahat deh.
  • Pengaturan Keuangan yang Cermat
Nah, rahasia berikutnya adalah mengatur uang secara cermat. Rasanya enggak perlu dibahas panjang lebar ya tentang manfaat melakukan pengaturan keuangan secara cermat.
Manfaatnya besar tapi prakteknya sulit huhu.
  • Investasi Sedini Mungkin
Nah, ini dia! Lewat investasi, uang yang kita miliki tidak akan tergerus inflasi. Justru investasi memungkinkan kita memperoleh passive income. 

Investasi bukan hanya untuk orang yang sudah memiliki banyak uang kok. Asal mau mengupayakan sebenarnya bisa-bisa saja. Apalagi banyak instrumen investasi yang bisa dibeli dengan nominal kecil.

Keunggulan Investasi di Invesnow


rahasia orang Tionghoa, cara mengajarkan anak menabung



Salah satu tempat untuk melakukan investasi adalah Invesnow. Beberapa waktu lalu aku sudah mendaftar akun di Invesnow nih. Invesnow bisa diakses tanpa mengharuskan pengguna untuk unduh aplikasi. Jadi bisa langsung aja ke website-nya.

Caranya juga simple, karena kita hanya perlu mengunjungi invesnow.id kemudian mengisi data diri serta melampirkan foto kartu identitas untuk verifikasi akun.

Setelah terdaftar, kita bisa langsung melakukan investasi. Ada banyak instrumen investasi yang bisa kita beli lewat Invesnow.

Keuntungan yang akan kita dapat saat berinvestasi lewat Invesnow:

  • Berinvestasi di Invesnow mudah dan praktis. Tidak perlu unduh aplikasi, langsung kunjungi saja website-nya.
  • Invesnow memberikan banyak promo.
  • Terdapat berbagai jenis Reksadana yang bisa Anda dapatkan, mulai dari Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran hingga Reksa Dana berbasis Syariah. 
  • Enggak harus nunggu punya banyak uang. Cukup dengan Rp 10.000 saja, teman-teman sudah bisa memulai investasi di Invesnow.
  • Keamanan dana terjamin karena uang teman-teman akan langsung di-transfer ke bank kustodian dan semua dikelola oleh Manager Investasi yang telah memiliki lisensi OJK.

Ini Bukan Aib, Tapi Kejadian Penuh Hikmah


Tidak ada yang patut disesali dari kebiasan membelanjakan uang orang tuaku. Toh tujuannya baik untuk membahagiakan keluarga. Cuma, setiap keputusan keuangan sebaiknya memang harus dilakukan berdasar penghitungan yang cermat. 

Tidak salah bila kita menunda kesenangan sesaat, apalagi demi kebutuhan jangka panjang, misalnya sebagai dana pendidikan ataupun dana pensiun.

Mengelola keuangan itu enggak harus saat kita sudah memiliki banyak uang kok. Mulai saja hari ini, daripada ditunda terus ya kan? Waktu berlalu tanpa terasa. Tahu-tahu anak sudah dewasa, tahu-tahu kita sudah tua. Kalau enggak segera diupayakan takutnya akan menyesal.

Posting Komentar untuk "Pentingnya Mengajari Anak Cara Mengelola Uang"