Merasakan Serunya Aktivitas Belajar di Yogyakarta Independent School

Sekolah internasional di Yogyakarta

Belajar menjadi satu kata yang menghadirkan kesan menyeramkan pada sebagian anak. Anggapan ini bisa jadi karena proses belajar yang dilalui berjalan terlalu serius dan kaku. 

Namun, hal ini ternyata tidak saya temukan ketika melihat langsung proses belajar mengajar di Yogyakarta Independent School (YIS) lho. Anak-anak terlihat antusias mengikuti proses tersebut. 

Pada Kamis, 15 September lalu, saya berkesempatan ke sana dan mengikuti even Cultural Food Preparation And Cooking Demo (India) dengan peserta kelas 3-6 sebagai bagian dari pelajaran di kelas. Demo memasak dilakukan langsung oleh salah seorang wali murid yang berasal dari India, ibu Lata Duseja. Lewat demo memasak kali ini, anak kelas 3-4 belajar sains sedangkan kelas 5-6 belajar keanekaragaman budaya. 

Mengenal Sains dan Budaya Masyarakat Dunia di Yogyakarta Independent School

Yogyakarta Independent School

Sebagai sekolah internasional di Yogyakarta, YIS mempersiapkan anak didiknya agar bisa bersanding dengan anak-anak lainnya di kancah dunia. Nggak heran jika banyak mata pelajaran yang memperkenalkan siswa akan keberagaman dan menerapkan langsung berbagai skill sebagai bekal siswa menjadi warga dunia. 

Seperti yang sempat saya singgung sebelumnya, kegiatan belajar kerap menghadirkan kesan menyeramkan. Nggak heran, banyak anak yang akhirnya menjadi alergi dengan kata belajar dan ujian. 

Persepsi keliru ini bisa merugikan lho terlebih jika terbawa hingga dewasa karena bagaimana pun, belajar merupakan proses yang akan dilalui seumur hidup. 

Nah, sebelum acara berlangsung saya sempat diajak berkeliling sekolah oleh pak Yeremias selaku tim marketing Yogyakarta Independent School. Sebagai satu-satunya sekolah berkurikulum IB (Baccalaureate World School) di Yogyakarta, YIS dilengkapi dengan beragam fasilitas pendukung. 

Di samping gedung YIS, terhampar lapangan bola bertaraf internasional, sementara di lantai atas terdapat lapangan basket dan ruangan yang disediakan untuk mendukung kegiatan belajar dan minat bakat siswa, seperti ruang musik, ruang design, ruang math, ruang english dan banyak lagi.

Sekolah bertaraf internasional satu-satunya di Yogyakarta ini juga dilengkapi dengan peternakan lho sebagai sarana mengenalkan siswa pada objeknya secara langsung, sehingga proses belajarnya dilakukan tidak melulu dari buku. 

Setelah berkeliling sebentar, tiba saatnya saya masuk ke kelas dan melihat secara langsung demonstrasi cara membuat salah satu masakan sehat India bernama Poori Bhaji

Mencoba membuat Poori Bhaja

Poori Bhaji terdiri dari roti dan (semacam) isian yang terbuat dari kentang, sayuran, daun kari dan bumbu lainnya sehingga menghadirkan cita rasa mirip kari namun lebih light. Kombo keduanya kerap dipakai orang India untuk menemani mereka sarapan atau sebagai camilan.

Sebelum kegiatan demo memasak, ibu Lata Duseja mengenalkan budaya makanan yang berlaku di masyarakat India.  Lewat pemaparan yang disampaikan oleh orang India asli ini, murid menjadi tahu bahwa pada kebudayaan India banyak yang tidak makan daging karena alasan kepercayaan. 

Ibu Lata mengenalkan satu per satu bahan yang dibutuhkan serta menunjukkan bagaimana proses membuat Poori Bhaja. Di tengah demo memasak Indian food terdengar gemuruh celotehan murid-murid sebagai bentuk antusiasme dan ketertarikan mereka. 

Tak hanya memperlihatkan cara pembuatannya, ibu Lata juga memberi kesempatan bagi siapapun untuk terlibat secara langsung. Dengan penuh rasa percaya diri, anak-anak mengangkat tangan. Suasana kelas kembali gemuruh dengan siswa yang berlomba mengacungkan tangan untuk memperoleh giliran pertama. 

Meski antusias dan tak sabar mencoba, mereka tetap tertib lho. Tetap duduk di kursi masing-masing sambil antri menunggu giliran. Walau begitu, ada juga yang tidak berminat mencoba dan itu tidak apa-apa. Guru menghargai dan tidak memaksa murid. Sebuah kultur yang membuat saya berdecak kagum.

Budaya lain yang juga jarang saya temui pada kegiatan belajar mengajar ialah sikap guru ketika berkomunikasi dengan murid. Guru akan memposisikan badannya agar tinggi mereka setara dengan tinggi siswa. Hal ini mungkin terlihat sepele, namun sebenarnya memiliki banyak manfaat, antara lain mempererat hubungan murid dan guru. 

Mengenal Lebih Dekat Yogyakarta Independent School

Alamat YIS

YIS berdiri pada tahun 1989 dan kini beralamat di Jl. Tegal Mlati no. 1, Jombor Lor, Mlati, Sleman, Yogyakarta. YIS didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan orang tua ekspatriat dalam memberikan pendidikan bagi anaknya, YIS menggunakan kurikulum IB yang telah diakui oleh universitas-universitas dunia. 

Dalam perkembangannya, tidak hanya orang tua dari luar negeri saja yang mempercayakan buah hatinya menempuh pendidikan di sini, namun banyak juga warga lokal yang menyekolahkan anaknya di YIS, terutama bagi anak yang memang dipersiapkan untuk kuliah di luar negeri. 

YIS dengan IB kurikulumnya menghadirkan tenaga pendidik yang tidak hanya memberi teori, namun guru berperan sebagai role model secara langsung.

Saya pribadi setuju dengan konsep ini karena bagaimana pun, anak tidak bisa melakukan sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya bukan? Nah, inilah salah satu komitmen YIS dalam membentuk sumber daya yang siap tampil di kancah internasional.

Program pendidikan di Yogyakarta Independent School dimulai dari kelas preschool, kindergarden A dan B, Grade 1 dan 2, Grade 3 dan 4, Grade 5 dan 6, Middle Years Programme atau setara SMP dan Diploma Programme setara SMA. 

Nah itulah pengalaman saya mengunjungi Yogyakarta Independent School dan merasakan secara langsung bagaimana atmosfer belajar di sana. Bagi orang tua yang menginginkan informasi lebih lanjut mengenai YIS, bisa mengunjungi akun Instagram @yogyakartaindependentschool atau website https://yis-edu.org atau melalui WhatsApp +628112632442.

1 komentar untuk "Merasakan Serunya Aktivitas Belajar di Yogyakarta Independent School"

Comment Author Avatar
Keren ya fasilitas dan program belajar di Yogyakarta Independent School ini. Sayang aku sudah tak punya anak yang sekolah. Apa nanti kureferensiin deh ke keponakan-ponakan