Pendidikan Tinggi untuk Anak Perempuan, Perlukah?



Saya mempunyai teman seorang sarjana. Sebelum sempat bekerja menerapkan ilmu yang ia enyam ia ternyata memilih menikah. 

Si bapak, sepertinya keberatan. Ada raut kecewa di wajahnya. Anak pertama yang digadang-gadang mampu membanggakan orang tua ternyata sudah bukan lagi menjadi haknya. 

Belum sempat beliau mencicip hasil manis perjuangannya mengupayakan biaya kuliah, si anak sudah bergelut di dunia yang lain. 👻👻👻 *rumah tangga

Dan kita tahu yaa merintis karir sambil memiliki anak itu tidak mudah meskipun bukan tidak mungkin. 

Yang jadi pertanyaan, perlukah pendidikan tinggi bagi anak perempuan toh sebagian dari mereka banyak yang nantinya 'kembali' ke rumah. Buktinya bayak yang setelah menikah dan mempunyai anak kemudian memilih resign

Hmm, menurut saya sebagai ibu yang dulu juga memutuskan berhenti bekerja setelah melahirkan plus ibu dari seorang anak perempuan dimana kelak ia juga akan menjadi ibu, saya mengatakan, perlu! 

Menurut saya pola pikir itu dibentuk di bangku pendidikan *di sini kita nggak ngomongin faktor x yaa*

Kedisiplinan, ketekunan, rangsangan berfikir dan hal-hal berguna lain banyak ditempa di bangku sekolah. 

Seperti yang kita tahu mendidik seorang perempuan sama dengan menyelamatkan sebuah generasi. Yang artinya, masa depan sebuah generasi mau suram mau cerah yaa tergantung kualitas si pendidiknya, di sini ibu yang berperan. *maaf yaa kalau bahasa saya terlalu frontal. 

Ibu sekolah pertama. Ibu yang mengajarkan banyak hal sejak masih dalam kandungan bahkan.

Semua anak berhak terlahir dari ibu yang cerdas. 

Kalau sudah paham apa tujuan sebenarnya pendidikan kemungkinan menyesalkan hal-hal yang ujungnya berbau 'pride' mungkin bisa diminalisir. 

Hmm di sini saya kok merasa sok suci sekali yaa huhuhu.. *ngomong gampang Sis

Btw, berat yaa hahaha. Yaudah bikin kopi saja dulu.
Sambil ngopi saya mau ngobrolin apa sih yang bisa dikerjakan untuk mengupayakan masa depan pendidikan anak. 

Diantaranya, 

1. Menyiapkan dana. Ini pasti. Mulai sekarang bisa nyicil dengan investasi : deposito atau ngumpulin emas! 

Dengan melakukan investasi keuntungan yang diperoleh kelak bisa lebih banyak dibanding menabung uang sedikit demi sedikit.

Dengan menyicil dana pendidikan gini kita berharap bebas dari rasa kelabakan saat anak sudah mulai masuk sekolah.

Dana pendidikan adalah sesuatu yang nggak bisa ditunda jadi yaa penting banget menyiapkannya sekarang. 

2. Membentuk kebiasaan yang mendorong rasa cinta belajar si kecil.

• Membawa ke perpustakaan dengan tujuan mengakrabkan ia dengan dunia literasi.

Hmm, anak pernah saya bawa ke perpus daerah. Cuma sayangnya hape saya tertinggal. Kehilangan deh momen girangnya dia berdiri di antara rak-rak buku yang menjulang.

• Mengajak bicara untuk melatih kemampuan komunikasinya supaya makin mahir merangkai kalimat dengan benar. 

• Menyediakan mainan dalam bentuk buku, menyediakan permainan edukatif.  Atau meletakan buku di setiap sudut-sudut rumah. 

Belum lama saya dengar. 
Bukan perkara anak yang bisa membaca tapi tujuan mengenalkan dunia baca pada anak adalah bagaimana ia bisa cinta pada kegiatan itu. 
*PR buat saya

Dari penelitian (penelitian gedubrak) (penelitian ala-ala) itu beberapa hal yang saya terapkan ke anak.. 

Bismillah, semoga konsisten. Amin. 

Posting Komentar untuk "Pendidikan Tinggi untuk Anak Perempuan, Perlukah?"