Yuk Hemat Uang Belanja dengan Memanfaatkan Limbah Dapur (Part 1)

Limbah dapur


Halo balik lagi, masih ngomongin pandemi dan segala efeknya nih. Sudah tau lah ya kalau Indonesia dinyatakan resesi per kuartal ketiga karena keuangan minus.

Tapi sebagai makhluk adaptif pastinya kita punya solusi atas segala kondisi di luar kendali.

Kalau kemarin sempat ngomongin tips hemat saat pandemi ala aku hingga fenomena jualan online yang melanda ibu-ibu, kali ini aku mau bagi sedikit tips tentang memangkas kebutuhan dengan memanfaatkan sampah di rumah.

Di masa pandemi seperti ini, kesehatan adalah salah satu hal yang menjadi fokus banyak orang. Banyak sekali yang kini sadar akan pola hidup sehat, seperti rajin konsumsi vitamin, memperhatikan apa yang masuk ke tubuh hingga olahraga rutin.

Nah, ngomongin yang sehat-sehat, rasanya nggak jauh dengan makanan sehat yang katanya mahal. Setuju nggak? 

Contoh sederhana harga mi instan wes. Silakan dihitung berapa kah selisih harga mi instan dari tepung singkong yang tersohor itu versus mi instan berbahan gandum yang kaya akan gluten.

Tapi sebenarnya mahal atau murah itu tergantung persepsi dan pilihan kita ya nggak sih.

Mau sarapan dengan salad yang diguyur olive oil dengan harganya yang duileee or cukup sarapan pakai pecel sayur aja. Pilih karbo beras merah atau cukup ubi dan singkong.

Tergantung pilihan. Tapi mengkonsumsi makanan sehat bisa dibilang investasi di masa depan. Jadi kalau hari ini mengeluarkan uang lebih untuk membeli mi instan rendah gluten, anggap saja kita sedang berusaha meminimalkan risiko sakit. 

Karena tidak semua dari kita punya kebebasan akses makanan 'mahal' aku merasa tertantang nih untuk bikin kreasi makanan/minuman sehat versi ekonomis. 

Aku dapat sebuah pemikiran yang menurutku bagus banget. Ini dari bapak bupati daerahku. Jadi aku menilai, selama beliau menjabat, secara nggak langsung beliau memberikan teladan bahwa :

Dibanding sibuk menghitung previledge orang, lebih baik fokus dengan memaksimalkan apa yang kita miliki.

Kalau dirunut ke belakang, Kulonprogo merupakan daerah yang sepi, nggak maju, UMR-nya juga rendah. Pokoknya kalah bila dibandingkan kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta, baik dari segi sarana, prasarana, pilihan wisata dll. 

Tapi pak Hasto nggak yang nyalahin sesuatu di luar kendalinya, misal pakai alasan letak Kulonprogo yang jauh dari Jogja, sebagai penyebab. Tapi beliau fokus memaksimalkan potensi yang dimiliki daerah.

Yawes, lalu muncul 'geblek renteng' sebagai ikon batik Kulonprogo. Geblek sendiri merupakan makanan khas Kulonprogo yang terbuat dari pati. Teksturnya alot seperti cireng. 

Nah dengan memiliki identitas khas ini, beberapa daerah sebagai sentral batik Kulonprogo yang sebelumnya mati suri, kini hidup kembali seiring dengan permintaan akan seragam batik geblek renteng dari instansi dan sekolah yang tinggi.

Menciptakan airKu, air minum dalam kemasan yang diambil dari sumber mata air Kulonprogo. Sebelum airKu ini muncul, untuk keperluan hajatan atau rapat-rapat, masyarakat Kulonprogo membeli air minum kemasan dari luar lho. Sayang banget karena sebenarnya Kulonprogo memiliki sumber mata air sendiri.

Menurutku pola pikir seperti ini sangat tepat kita terapkan di segala situasi. Termasuk dalam masa serba sulit Korona ini.

Memanfaatkan apa yang kita miliki, nah aku sendiri sebagai IRT ya menjadikan lingkungan rumah seperti dapur sebagai sasaran utama praktek ini.

Apa aja sih yang bisa kita manfaatkan dari dapur? Salah satunya adalah bikin tepache nanas, minuman kaya probiotik.

Manfaatkan Kulit Nanas untuk Membuat Tepache


Nanas adalah salah satu buah favoritku karena cita rasanya yang asam manis segar. Kulit buahnya yang tebal dan bikin gatal sering dianggap tidak bisa dimanfaatkan lagi sehingga kebanyakan akan dibuang.

Tepache merupakan minuman khas Spanyol, berupa minuman fermentasi yang kaya akan probiotik terbuat dari kulit nanas.

Minuman dengan kandungan probiotik mengingatkan aku sama y*kult yang jadi favorit banget. Tapi kalau dengan memanfaatkan sampah nanas kita bisa mendapat manfaat probiotik-nya, sayang banget dong kalau dibuang.

Cara Membuat Minuman Probiotik Tepache Nanas


Cara membuatnya cukup sederhana. Yaitu rendam kulit nanas dalam larutan gula. Tutup dengan menggunakan kain. Pastikan kita menggunakan wadah kaca ya untuk merendamnya. Tepache siap dinikmati setelah 2 hari proses fermentasi. Selanjutnya simpan di dalam kulkas dan habiskan sebelum 7 hari dihitung sejak hari pertama merendam. Setelah 7 hari, proses akan menjadi alkohol.

Next, mungkin aku akan cerita pengalamanku membuat tepache di postingan terpisah ya, secara lebih detil.

Ada banyaaak buanget cara lain untuk memanfaatkan limbah dapur, seperti jelantah yang dibikin sabun, ampas kopi sebagai scrub, membuat eco enzyme dari sisa sayur dll. Duh semoga ada kesempatan untuk belajar lebih lanjut dan praktek ya so bisa cerita-cerita.

Nah, kalau teman-teman sendiri punya ide apa nih? Sharing yuuuk!

Posting Komentar untuk "Yuk Hemat Uang Belanja dengan Memanfaatkan Limbah Dapur (Part 1)"