Kisah Tentang Perubahan Iklim, Langkah Apa yang Diambil?


Menjadi seorang blogger memungkinkanku bertemu dengan banyak orang dengan ragam kisah yang menginspirasi. Demikian juga dengan hobiku menjelajah akun Instagram untuk menunjang performa blogging.

Akhir tahun 2019, aku menemukan unggahan story tentang kebakaran hutan di Australia dari seorang influencer.

Berawal dari kejadian tersebut, rasa penasaran membawaku bertemu artikel-artikel bertema lingkungan, termasuk soal sampah dan dampaknya.

Salah satu fakta yang membuatku tercengang adalah hampir setengah bagian sampah yang ada di TPA merupakan sampah organik dengan dapur sebagai area penyumbang sampah terbesar di rumah.

Sebagian besar sampah dapur tidak dikelola secara bijak. Kebiasaan yang mungkin dekat dengan kehidupan sehari-hari namun sering dianggap lumrah adalah membuang sampah dalam plastik kresek.

Alasannya sih lebih ringkas dan lebih higienis. Sampah yang dibuang dengan dibungkus plastik tidak mengundang lalat, tidak nampak jijik dan memudahkan tukang sampah saat mengambilnya.

Padahal, sampah basah dan sampah kering yang bercampur jadi satu akan terurai tanpa oksigen, menghasilkan gas metana, karbon dioksida dan nitrogen oksida yang dapat menyebabkan efek rumah kaca.

Hal ini dapat memperparah global warming karena suhu bumi meningkat dan menyebabkan perubahan iklim, seperti musim hujan yang datang lebih awal seperti yang kita rasakan baru-baru ini.

Pandemi menyambut. Kebutuhan tetap berjalan namun keadaan sedang tidak mudah. Suamiku yang bekerja dengan honor harian adalah salah satu yang terkena dampaknya.

Demikian juga pekerjaanku sebagai freelance di bidang menulis yang sedikit banyak terkena imbas pandemi.

Tapi thanks to pandemic. Melalui keadaan sulit ini, membuatku sadar akan banyak hal.

Salah satunya aku harus menghemat pengeluaran.

Uang belanja imut harus aku akali agar cukup. Salah satu caranya, aku harus memasak dan memiliki tanaman sendiri. 

Memiliki tanaman sendiri sehingga bisa makan sayur tanpa belanja adalah tujuan jangka panjang dari kegiatan berkebunku. Bagaimanapun menanam sayur hingga siap panen memang membutuhkan proses tidak instan.

Lalu apa hubungannya menanam sayur dengan bahasan perubahan iklim yang kusinggung di atas?


Ini Langkahku Berperan dalam Perubahan Iklim : Menanam Sayur

Kompos
Memanfaatkan batang sayur untuk dibuat kompos. Gambar dokumentasi pribadi.


Salah satu hal yang bisa kita perankan dalam mencegah krisis iklim, dengan mempraktekkan kebiasaan baik paling remeh sekalipun yang kita tahu, sambil tetap belajar lebih banyak soal lingkungan.


1. Memisahkan sampah basah dan sampah kering.
2. Memanfaatkan sampah basah untuk dijadikan kompos. Sementara sampah kering bisa kita tabung di bank sampah, upcycle dan lain sebagainya.

Nah, setiap sampah basah yang aku hasilkan selalu aku masukkan ke dalam gentong bekas.

Selanjutnya, sampah basah yang telah terurai bisa aku jadikan media menanam sayur. 

Manfaat memiliki kebun sayur sendiri :


  1. Hemat uang belanja, tak perlu diceritakan lagi, dengan memiliki kebun sayur di rumah kita bisa mendapat manfaat sayur tanpa harus mengeluarkan uang.
  2. Tidak perlu panik harus belanja.
  3. Tidak buang-buang karena kita bisa memetik secukupnya, seperti yang aku rasakan saat beberapa kali panen bayam.
  4. Meminimalkan penggunaan plastik sekali pakai.
  5. Memutus jejak yang dihasilkan oleh perjalanan mengangkut sayur sampai ke tangan konsumen.


Itu adalah langkah sederhana yang kulakukan untuk menjaga bumi tempat tinggal kita. 

Hal paling berat adalah melawan diri sendiri. Aku termasuk manusia egois yang malas berbenah kalau diri sendiri belum merasakan dampaknya. Sebagai contoh nih, saat aku beralih dari pembalut sekali pakai ke pembalut yang lebih ramah lingkungan. 

Kalau bukan disebabkan iritasi yang mengganggu setiap menggunakan pembalut sekali pakai atau karena pandemi sehingga bawaannya pingin yang ngirit-ngirit mungkin aku belum tergerak berubah.

Semoga rasa egois ini berganti dengan rasa tanggung jawab ya karena kita hanya meminjam bumi.

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.


Referensi :

https://sustaination.id/mengompos-solusi-kunci-krisis-iklim/

Gambar judul sumber freepik.com

Posting Komentar untuk "Kisah Tentang Perubahan Iklim, Langkah Apa yang Diambil?"