Pizza oh Pizza!

Pizza

Adalah cerita ngalor-ngidul tentang pizza.

Kejadian pertama saat beli jajan pasar di sebuah tempat. Aku mendengar seorang ibu sedang menilai pizza yang dibungkus dalam kemasan biasa.

"Wah, ini bukan keju Mozarella ini pakai keju Kraft, nggak meleleh!" sambil menjep-menjep mengeluarkan pengetahuannya.

"Yah disesuaikan sama harganya dong!" yang jualan nggak terima dagangannya dinyinyirin begitu di depan pembeli lain.

Note to myself :

Kadang-kadang kita sotoy dengan berlagak yang paling tahu. Padahal kalau cari-cari kesalahan, ibu yang mengkritik bla bla gitu kan salah nyebut. 

Keju Kraft dengan keju Mozarella itu nggak sekelas. Kraft ya merek, sama kayak Prochiz dll. Mozarella itu jenis keju. Sekelas sama keju parmesan, keju Cheddar (yang dipanggil Kraft tadi), keju edam dll.

Justru aku kagum pada ibu pembuat pizza pinggir jalan. Beliau bisa melihat peluang yang mendatangkan uang dengan memanfaatkan rasa penasaran netizen akan rasa pizza.

Gimana ya mengasah pola pikir begitu?

Belum lama aku juga melihat sebuah kontak di WhatsApp memposting status tentang aktivitasnya membelikan pesanan pizza.

Nah, keren kan pola pikir ini? Bisa melihat celah yang mendatangkan uang. Kan lumayan buat isi-isi dompet di tengah situasi serba sulit seperti sekarang ini.

Kasus 2 :

Ceritanya aku lagi ngumpul-ngumpul. Tiba-tiba ngobrolin pizza juga. Salah satu ada yang mengungkapkan kekecewaannya pernah membeli pizza promo. Rasanya B aja, roti pizza-nya pun keras. Justru lebih enak pizza homemade yang pernah ia beli.

Nah, ternyata roti pizza-nya keras karena terlanjur dingin. Ya bisa dibayangkan, pizza itu harus menempuh jarak 1 jam perjalanan dari gerai ke tangan pembeli. Bahkan bisa jadi lebih.

Kalau pizza yang dikatakan lebih enak tersebut kebetulan diantarkan setelah dibuat dengan jarak tempuh tidak sejauh pizza sebelumnya. Fresh from the oven, bahasa Inggrisnya.  

Jadi kepikiran juga, coba kalau yang ngomong begitu seseorang yang berpengaruh. Suaranya didengar. Maksudnya punya jangkauan luas nggak hanya kami berdua.

Bisa jadi fatal ya. Pizza terlanjur kering sehingga udah nggak empuk lagi. Sama saja seperti roti bakar malam hari yang disantap keesokan paginya. Ya enggak senikmat ketika disajikan hangat.

Jadi, jangan pernah matiin rejeki orang hanya karena ketidaktauan kita. Ini mirip pembeli online yang kasih rating seenak jidat padahal dirinya aja yang gagal paham. Maki-maki seller yang menjual iPhone dummy. Katanya handphone mati dijual 🤣

Ini juga seperti reminder untukku pribadi. Harus riset data sebelum menulis sesuatu. Harus menguasai sebuah topik.

Akhir kata, jangan lupa angetin dulu pizza-nya.

Posting Komentar untuk "Pizza oh Pizza!"