Downgrade Lifestyle Selama Pandemi, Strategi Hadapi Resesi


Setelah mendengar prediksi keuangan dari seorang perencana keuangan independent, aku merasa kita harus tetap waspada. Kita tidak boleh lengah meskipun telah terbiasa dengan Corona.

Lengah di sini termasuk mulai kendor dengan membelanjakan uang berdasarkan keinginan. Kita masih harus berhadapan dengan yang namanya resesi

Nah, salah satu dampak yang perlu siap-siap kita rasakan adalah semakin sulitnya mencari duit, semakin mahalnya harga kebutuhan. 

Jumlah pengangguran pun digadang-gadang bakal naik. Bocoran dari mba Wina (Ligwina Hananto, perencana keuangan independen), beliau mulai mengerjakan materi pesanan para klien yang.. siap-siap melakukan PHK 😭 Belum lagi tenaga kerja dari luar negeri yang diprediksi bakal balik karena itu tadi, keadaan sedang sulit, jadi banyak yang ... diberhentikan 😩

Jauh sebelum pandemi, aku sebenarnya sudah mencoba downgrade di beberapa kebutuhan, seperti mencari produk-produk drugstore sebagai produk pemenuh kebutuhan. Lebih selektif dalam memilih tempat belanja karena aku termasuk seseorang yang pengendalian dirinya lemah.

Biaya hidup tergantung bagaimana cara kita hidup

Oh, ya, dalam perjalanan downgrade lifestyle ini, aku nggak serta merta menurunkan semuanya kok. Pukul rata pilih yang murah, enggak gitu cara kerjanya :D

Produk kesehatan seperti madu sebagai suplemen, aku cari yang harganya masuk akal. Di sini teori 'murah tak selamanya berarti murah' benar adanya.

Merangkum analisa dari mba Wina, ini dia beberapa strategi yang aku lakukan untuk menghemat pengeluaran.

Strategi Hadapi Resesi


Mengganti Pembalut dan Kapas Kosmetik Sekali Pakai ke yang Sifatnya Reusable

Kemarin aku coba menghitung selisih uang yang kita keluarkan saat menggunakan pembalut sekali pakai dengan yang reusable. Ternyata selisihnya lumayan lho, sampai sejutaan dengan perkiraan uang untuk membeli pembalut sekali pakai Rp 25 ribu per bulannya.

Mulai Menanam Sayuran

Intinya semua kebutuhan yang memang bisa disediakan sendiri, ya sediakanlah sendiri sehingga kita enggak perlu beli biar ngirit, seperti menanam sayuran. 

Sebenarnya boleh juga kalau ditambah piara ikan untuk konsumsi tapi ya maap lahan terbatas jadi sementara belum.. hihii..

Memulai Investasi Kesehatan

Pernah disinggung sebelumnya, downgrade lifestyle bukan berarti mengganti semua kebutuhan menjadi yang serba murah. 

Meski harga menjadi patokan tapi ada banyak hal yang jadi pertimbangan. Apalagi soal kesehatan. Jadi misal nih, kita ada kebutuhan beli madu. Bukan madunya yang diganti dengan harga yang lebih murah dengan keaslian yang masih diragukan, tetapi ada kebutuhan lain yang ditutup. 

Makanan 'sehat' rata-rata memang dibanderol dengan harga mahal. Misal, penyedap rasa. Kita bisa membeli di warung dengan harga 1000 dapat 2. Sedangkan kalau membeli versi sehat nih, paling nggak 50 ribu. Jauh kan? 

Nah, tapi kalau dinilai secara menyeluruh, penyedap rasa 1000 dapat 2 tadi, pakai gula garam dalam jumlah buanyak (bisa dilihat dari list komposisinya). Sebaliknya, penyedap rasa seharga 50 ribu punya banyak kelebihan yang dinilai lebih sehat dan minim menimbulkan risiko. 

Pada akhirnya, mau makan sehat yang mahal atau makan sehat dengan harga terjangkau, semua tergantung dari pilihan dan gaya hidup yang kita pilih.

Banyak kok makanan sehat versi murah, misalnya singkong, ubi dlsb yang harganya (di daerahku) jauuuh lebih murah. 

Menghitung Budget

Bulan November ini anakku ulang tahun. Rencana awal pingin dibikin lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Toh, anaknya udah 5 tahun pingin bikin sesuatu yang berkesan untuk dia. Tapi, keadaan kok enggak memungkinkan ya. 

Budget sih mungkin bisa kalau diada-adain tapi bagi kami kok kayak tidak sesuai. Soal nutrisi bolehlah kita cari yang bagus (dan kebanyakan mahal, misal tempe vs ikan). Uang sekolah, panteslah karena pendidikan itu penting. Tapi kalau perayaan ultah, monmaap uangnya ngepres ehehe..

Pada akhirnya aku dan suami tetap memberi kejutan untuk anak versi low budget ❤ 

Nggak apa ya Din? Toh kamu tuh belum ngerti juga soal barang mahal atau murah. Yang penting judulnya DIKADO 🤣😘😘😘 

Tambah Penghasilan

Kita bisa menambah penghasilan dengan jualan online. Tapi soal jadi olshoper ini, jujur beberapa kali aku pernah punya niat. Tapi tetep sih sampai detik ini belum direalisasikan. 😅

Alasannya :

Aku merasa belum cukup aman untuk memulai usaha. Bagaimana pun, usaha yang baru dibentuk tidak bisa langsung menghasilkan. Yang ada kita harus modal dulu. Dalam situasi seperti sekarang, kok aku belum siap ya menerima risiko mengeluarkan modal dengan hasil yang belum bisa diprediksi.

Akupun sangat idealis. Aku harus merasa yakin terlebih dahulu dengan apa yang aku jual.

Lagi nih, soal jualan, paling nggak aku harus memiliki dana darurat terlebih dahulu. Ini sudah yang paling minimal, biar jalannya terasa nyaman.

Nah, untuk menambah penghasilan, aku lebih memilih mengembangkan apa yang aku miliki. Dalam kasus ini, aku lebih memilih fokus pada dunia blogging dan content writer.

Kesimpulan :

Pandemi berimbas dalam banyak hal, terutama finansial. Agar mampu bertahan, selain menambah pendapatan melalui peluang kerja sampingan, sebaiknya kita pun lebih bijak membelanjakan uang. Dalam menghemat pengeluaran, kita bisa menerapkan downgrade lifestyle serta memanfaatkan potensi lingkungan yang ada. Misal dengan menanam sayuran sendiri jika kondisi rumah memang memungkinan. Pada intinya mari kita fokus dengan apa yang bisa kita upayakan.

Nah, gimana kalau menurut pendapat teman-teman?

9 komentar untuk "Downgrade Lifestyle Selama Pandemi, Strategi Hadapi Resesi"

Comment Author Avatar
Yang terakhir mentok sampai niat doank Kak. Samaaaa.. 🤣
Comment Author Avatar
Pas tahun 2020 dimulai, saat issue resesi dan sebelum pandemi. Aku mulai buletin tekad buat nambah pendapatan. Eh, ternyata ada pandemi yang malah bikin terpecut untuk semangat genjot usaha apa aja biar bisa survive. Ternyata, emang kadang kita kudu nambah keran penghasilan ya,kak. Biar tetap bertahan. Sama sekalian berhemat juga.
Comment Author Avatar
Bener ni, jaman sekarang harus pintar2 cari dan membelanjakan uang. Tp begini juga, kalau semua kita tanam sendiri kadang kasihan sama UMKM yg memang dari awal pekerjaan nanam sayur dll.

Jd selain utk diri sendiri kita sebagai makhluk sosial juga tetap harus memperhatikan orang lain. :-D
Comment Author Avatar
Di masa sekarang ini, saya bersyukur hidup di kampung, bisa mengurangi pengeluaran dengan menanam sayur dan buah. Kalau misal ingin ngemil tinggal cabut singkong. Hahahah

Semoga pandemi ini segera berlalu.. aamiin
Comment Author Avatar
Tips dan sarannya memang brilliant, tapi gak semua rumah ada lahan untuk bercocok tanam, padahal potensinya bagus ya untuk lebih sehat dan tentunya hemat!

Kalo resep bertahan hidup di zaman Corona ala saya : bekerja + nyari tambahan penghasilan atau bisnis yang menjanjikan + pola hidup sehat + sedekah + berdoa... Semoga aja Corona bisa segera minggat dari Bumi aaamiiin 🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Comment Author Avatar
Kalau soal jualan, bisa Kak yang tanpa modal. Misalnya sistem dropshipper dengan produk custom gitu. Tapi memang untungnya enggak banyak. Lumayan buat nutupin paket data haha.
Comment Author Avatar
Makanan dan minuman sehat memang mahal-mahal ya Mbak. Haha. Saya pernah coba rutin konsumsi buah biar tetap fit, tapi kantong jadi cepat terkuras. Well, sesuatu yang value nya tinggi biasanya price nya juga tinggi ya. Semoga kita bisa semakin bijak dalam menyiapkan diri menghadapi resesi
Comment Author Avatar
Memang saya juga terus beradaptasi sih di era resesi seperti sekarang ini. Misalnya usaha turun omset bisa cari peluang baru agar bisa membaca situasi dan memperbaikinya. Korona ini mudah2an cepat berakhir ya mbak Tami, udah gak tahan banget, semua bisnisku ada yang terseok-seok...
Comment Author Avatar
Bener bangettt. Pengeluaran kita tergantung gaya hidup kita. Jadi belajar juga aku kak untuk ga boros, jajan di luar hehe.
Investasi kesehatan ini beneran baru kepikiran sihh. Thanks kak Tami