Menikah dan Kebebasan yang (Katanya) Menghilang


Pernah mendengar pendapat seseorang, katanya hidup perempuan akan lebih rumit setelah menjadi istri. Atas dasar itu, dia memilih single mengingat ada banyak hal yang ingin dia lakukan. Masih pingin bebas, pingin mengejar karir, pingin membeli rumah, membahagiakan orang tua, pingin ini itu, pingin semuanya pokoknya selain menikah. 

Terus ujung-ujungnya ngenyek perempuan yang sudah beranak 🤣

Menurutnya perempuan yang telah menikah, geraknya serba nggak bebas, tanggung jawab tambah banyak. Harus masakin suami, nyapu, ngepel, cucian nambah, urus anak hingga dirinya sendiri kerap terabaikan.

Menurutnya begitu, namun bagaimana realitanya?

Ada benarnya sih, aku tidak memungkiri. Perempuan yang sudah menikah akan membuat ribuan kali pertimbangan sebelum membuat keputusan, terutama keputusan besar yang mempengaruhi hidupnya. Wajar karena hidupnya kan bukan lagi tentang dirinya.

Setelah menikah ada yang merasakan wajib buat bangun lebih pagi. Apalagi kalau masih seatap dengan mertua. Tidur pun bisa lebih larut, terutama bagi ibu baru. Badan akan terasa lebih capek. Tapi sebenarnya semua kembali pada masing-masing orang sih.

Keteteran atau tidak, tergantung bagaimana menejemen waktunya. Stres atau nggak tergantung menejemen hati, pikiran dan caranya memanfaatkan waktu buat diri sendiri. 

Tak kalah penting, ngos-ngosan dengan seabrek pekerjaan domestik atau justru santai tergantung siapa juga partner-nya. Seorang pria yang menjunjung tinggi kerja sama antara suami dan istri atau tipe suami yang masih menganut paham patriarki.
 
Ingin membahagiakan orang tua, se-fruit impian yang tidak keliru. Bahkan hal tersebut yang kerap aku gaungkan pada perempuan-perempuan single dengan usia yang kalau di Indonesia tuh udah disuruh cepet-cepet kavvin. Nggak usah buru-buru menikah, lakukan semua yang ingin dilakukan, coba aneka karier, belajar banyak hal, bahagiakan ortu.

Mumpung kalau gagal yang menanggung resikonya cuma diri sendiri. Nggak akan ada episode 'susu anak enggak kebeli' gara-gara keputusan yang kita ambil enggak membuahkan hasil.

Aku bilang begitu karena kadang mereka terlalu halu. Mereka melihat sebuah pernikahan adalah ikatan yang di dalamnya sayang-sayangan melulu, romantis-romantisan terus isinya. Hidup di kamar kos berdua ohh sungguh syahdu, betapa indah perjuangan cinta kalian. 😂

Keinginan yang sebagian besar juga didorong karena teman seumurannya mayoritas sudah menikah. Jadi boleh lah aku bilang, keinginan tersebut tidak datang dari kesiapan diri (apalagi persiapan materi), nggak dari hati, tapi dari desakan lingkungan, standar yang dibuat masyarakat, takut dicap perawan tua yang tidak laku dan sebangsanya.

Benarkah pernikahan membuat seseorang tidak bebas? Nggak bebas yang gimana dulu? Lagi-lagi, tergantung siapa yang menjalani. Salah kalau kita mengecap satu level status sudah pasti memberi ketidaknyamanan hanya karena satu atau dua pihak mengalami hal seperti itu.

Ada kok perempuan yang masih travelling bebas kesana-kemari padahal ia sudah menikah. Ya karena pasangannya adalah laki-laki yang tidak melarangnya jalan-jalan sebagaimana kebiasaannya pas masih single.

Nah, semua kembali pada masing-masing pribadi kan. Apa sih prioritasnya. Kita nggak bisa memvonis kehidupan setelah menikah akan memiliki kisah yang sama seragam antara satu pasangan dan pasangan lain.

Jadi, mon maap kalau akutu semi-semi ngremehin pada siapapun yang suka memvonis seolah kenyataannya akan saklek seperti itu padahal dirinya hanya melihat dari luar, belum pernah menjalaninya sendiri.

Akhir kata, perkara jodoh benar-benar terjadi atas KuasaNya. Dengan siapa dan kapan benar-benar sudah diatur. Ya setidaknya ini pengalamanku tentang menemukan jodoh. Pada satu titik tertentu aku merasa hidupku bla bla bla tapi aku percaya suatu saat akan menemukan lalala. Kehidupan punya kelebihan dan kekurangan, gampangnya sih gitu.

Menurutku, perempuan single itu bahagia. Ia bebas untuk meraih apapun impiannya. Ia belum terikat tanggung jawab-tanggung jawab seperti perempuan sudah menikah. 

Tapi perempuan yang sudah menikah pun bahagia. Pasangan yang sudah punya anak bahagia. Pasangan belum punya anak juga bahagia karena mereka masih memiliki banyak waktu luang untuk bersama. Semua bahagia dengan statusnya, dengan setiap level hidupnya. Hanya saja bentuknya yang berbeda.

Pada akhirnya, semua emang harus merasakan sendiri ya lalu bisa kasih testimoni. Ahaha!

Posting Komentar untuk "Menikah dan Kebebasan yang (Katanya) Menghilang"