Sisi Lain Anak


Kamis manis ngomingin parenting yuk.

Di luar jam tidur yang mulai oleng atau kebebasan bebas-sebebas-bebasnya yang seolah terrenggut *iyalah mo pipis aja diintilin* ada kok sesuatu yang menakjubkan kalau kita mengamati.

Kita bicara paitnya yaa, bicara fakta yaa bahwa punya anak tidak lantas serta merta melulu bahagia, sebahagia foto ibu-ibu di box susu hamil yang menandakan kehamilan sudah pasti membahagiakan tanpa ada selipan drama-drama, pun setelah lairan.

Punya anak membahagiakan bahkan sakingnya sakingnya sampai ga keungkap tapi di sini aku mau ngomongin sisi lain. Menegaskan Sis 😜

Punya anak itu rempong apalagi kalau mau pergi pergi, contoh ke kondangan. Sebelum punya anak aja udah lama kan siap-siapnya, apalagi yang plus anak kan?
Lalu pas di acaranya. Yang minta nenen-lah, yang gerah kepanasan-lah, untung diapers sudah ditemukan jadi keinginan pipis yang suka tak terbendung itu bisa di-eliminate ehh masih ada pup denk. Bayangkan ketika makan si adek malah pup. Udah biasa sih.. 😚

Jadi ortu pun serba salah, anak tidur dikangenin lagi ga tidur disuruh tidur. Udah dimasakin menu sehat eetapi sering ga dimakan. Belum bisa jalan disuruh jalan giliran udah jalan diminta duduk anteng jangan jalan mulu.

Namanya juga menjadi ortu rela berkorban itu harus yaa..

Poinnya 👇

Soal kepribadian yang sadar ga sih diharuskan geser ke arah lebih baik?
Kita pingin punya anak baik maka kitapun diharuskan bisa mencontohkan hal baik.

Bangun pagi kuterus mandi dan bukan nopi alias nonton tipi.
Mau makan cuci tangan.
Sebelum bobo yuk sikat gigi.
Mau pergi biasakan pamit.
Denger adzan gih sholat.

Dengan sifat anak yang masih serba penasaran pingin pegang ini pegang itu nyoba yang itu nyoba yang ini termasuk menarik ibuknya untuk main ke tempat tetangga untuk nyamperin ke orang orang yang 'hhh malezzzin beud' bagi sang ibuk, kita sebenarnya dituntun lho ke arah lebih baik.

Kita jadi ga pilih pilih orang untuk dijalin hubungannya.
Meski di dalam hati idih tapi seenggaknya di luar kita bisa menjaga perasaan orang.
Kalau alasan menjauhi adalah karena hal yang prinsipil yaa ini sih bisa dinego kalo menurut aku.

Dan untuk para ibu yang tergolong pendiam nan pemalu ini semacam ajang buat cuap cuap, buat makin ga malu untuk nyapa duluan, untuk memancing sebuah obrolan.
Karena punya anak memang wajib jadi cerewet. Kan? Kan nggak mungkin ketika ada yang tanya, 'adek udah maem?' kita ikut malu-malu menyembunyikan muka.

Dan iya, yang aku rasakan adalah aku menjadi lebih luwes untuk memulai komunikasi dengan orang. Itu karena setiap saat aku diharuskan oleh anak mendobrak hal hal yang sempat menghambat, yaitu rasa malu mau nyoba ini itu.

Makasih sayang.

Kalau dulu mah. Ada orang mending ngumpet.

Sekian.

Posting Komentar untuk "Sisi Lain Anak"